Pengawatan perlengkapan listrik

Kabel fleksibel

1 Pemeliharaan kabel dan kabel fleksibel harus sesuai dengan maksud dan daerah
penggunaannya (lihat Tabel 7.1-3 sampai dengan 7.1-6).

2 Kabel fleksibel hanya dapat digunakan untuk:
a) pengawatan lampu gantung;
b) pengawatan armatur penerangan;
c) pengawatan lif;
d) pengawatan derek dan kran;
e) menghindarkan perambatan suara dan getaran;
f) pengawatan lampu dan peranti randah;
g) pengawatan peranti pegun untuk memudahkan pemindahan dan pemeliharaannya peranti
tersebut.
Untuk penggunaannya tersebut dalam butir f) dan g) kabel fleksibel harus dilengkapi dengan
tusuk kontak.

3 Kabel fleksibel tidak boleh digunakan dalam hal berikut:
a) sebagai pengganti perkawatan pasangan tetap suatu bangunan;
b) melewati lubang pada dinding, langit-langit atau lantai;
Pengawatan perlengkapan listrik

Kabel fleksibel

1 Pemeliharaan kabel dan kabel fleksibel harus sesuai dengan maksud dan daerah
penggunaannya (lihat Tabel 7.1-3 sampai dengan 7.1-6).

2 Kabel fleksibel hanya dapat digunakan untuk:
a) pengawatan lampu gantung;
b) pengawatan armatur penerangan;
c) pengawatan lif;
d) pengawatan derek dan kran;
e) menghindarkan perambatan suara dan getaran;
f) pengawatan lampu dan peranti randah;
g) pengawatan peranti pegun untuk memudahkan pemindahan dan pemeliharaannya peranti
tersebut.
Untuk penggunaannya tersebut dalam butir f) dan g) kabel fleksibel harus dilengkapi dengan
tusuk kontak.

3 Kabel fleksibel tidak boleh digunakan dalam hal berikut:
a) sebagai pengganti perkawatan pasangan tetap suatu bangunan;
b) melewati lubang pada dinding, langit-langit atau lantai;

Cermati Instalasi Listrik Saat Musim Hujan

Di tengah hujan yang turun hampir setiap saat, kemungkinan terjadinya kebakaran masih besar. Terutama disebabkan oleh hubungan pendek arus listrik.

Hubungan pendek arus listrik itu dapat saja disebabkan oleh tetesan air hujan pada instalasi lisrik di rumah. Periksa semua kabel yang ada di rumah, terutama yang ada di luar rumah. Kabel lampu taman, pompa listrik, dan sebagainya. Mengapa hal ini perlu dilakukan? Kabel yang terbuka dan terkena air hujan dapat menimbulkan hubungan arus pendek. Hal ini menyebabkan sekring listrik sering turun. Akibat paling fatal: terjadi kebakaran.

Kabel yang terbuka atau terkelupas, sebaiknya segera diganti. Jangan sekadar ditambal dengan selotip, cara ini bukan solusi yang terbaik. Selotip tidak memiliki daya rekat yang kuat dan tahan lama, apalagi kalau sering terkena air.

Selain masalah kabel terkelupas, hubungan arus pendek juga bisa terjadi karena antena televisi yang tersambar petir. Maka sebaiknya cabut kabel antena televisi saat terjadi hujan deras yang disertai angin kencang dan petir. Hal ini perlu dilakukan untuk berjaga-jaga kalau antena tersambar petir, tidak langsung menyambar pesawat televisi dan merembet ke instalasi listrik di rumah.

Masih berkaitan dengan masalah listrik di musim hujan. Kalau kebetulan ada pohon besar di depan rumah, apalagi berdekatan dengan tiang dan kabel listrik, sebaiknya pangkas ranting-rantingnya. Gesekan kabel listrik dengan ranting pohon yang terlalu kuat dan sering dapat merobek plastik pembungkus kabel dan menyebabkan arus pendek pada kabel listrik. Pemeriksaan kabel listrik dan pemangkasan pohon seharusnya dilakukan secara teratur, walaupun belum memasuki musim hujan. Jadi, saat musim hujan tak perlu lagi panik dan terburu-buru memperbaiki semuanya.

BASIC PRINCIPLES OF GOOD WIRING

* Before beginning any electrical repair, shut off the power. Remove the fuse or trip the breaker for the circuit you will be working on in your service panel. Use a neon tester to be sure the power is off. If there is any doubt, you can remove the main fuse or trip the main breaker. Remember: Removing the main fuse or tripping the main breaker will usually shut off the power to the entire house.
* Electrical wires are color coded to prevent wiring errors.
* White wires almost always connect to other white wires or to chrome terminal screws on switches and receptacles.
* Some wiring devices–such as receptacles–are back-wired by pushing the bare wire end into spring grip holes. These wiring devices are plainly labeled to show which color goes into each spring grip hole.
* Switches are nearly always connected into black wires in cables. The only exception is where a cable is extended, making it necessary for the white wire to play the role of the black wire. When this is necessary, the white wires should be painted black to prevent future wiring errors.
* Study the wiring diagram. This will help you understand the basic principles of good wiring. Also, find a good electrical how-to book. It's one book every homeowner should keep on hand for ready reference.
* Most home wiring is complete with either No. 14 gauge or No. 12 gauge wiring. No. 14 is the smallest wiring permitted under most codes.
* Always use the same size cable for a continuation of any extended wiring circuit.






Basic principles of good wiring.

Patuhilah Peraturan

Sesuai Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) tahun 1987 pasal 910, untuk mencegah bahaya kebakaran harus dipasang sakelar pemutus arus sisa (SPAS) dalam instalasi listrik. Dalam banyak hal suatu pengaman lebur (sekring) atau APP hanya mengamankan arus lebih atau arus hubung singkat dan memutus seketika dalam tiga detik bagian sirkuit listrik yang berbahaya.

Sedangkan dalam hal kerusakan isolasi (penuaan, retak, dan sebagainya) tempat periode arus rambat beroperasi sangat lama dan karena arus bocor selalu mengalir ke bumi, maka gejala ini hanya dapat dideteksi oleh SPAS atau elcb red 300 mA dengan waktu tunda (time delay) dari 50 mdet.
Di Jerman dan Prancis, dalam instalasi listrik diharuskan untuk dipasang elcb dari 500mA maupun dalam gedung-gedung perkantoran, sedangkan di Inggris dan Malaysia menggunakan 100mA.
Salah satu penyalahgunaan dalam instalasi listrik yang khas adalah penggunaan yang tidak tepat dari kotak kontak, merupakan masalah yang umum di seluruh dunia. Sebagai pencegahan, sebaiknya diadakan pengecekan secara teratur oleh instansi yang berwenang terhadap instalasi listrik dan disediakan kotak kontak yang cukup dalam tempat sesuai kebutuhan pemakai.

Ini pula yang banyak memicu terjadinya kebakaran akibat korsleting arus listrik. Kebakaran adalah bahaya yang nyata yang timbul karena pemakaian listrik. Ini mengakibatkan kerusakan material yang cukup besar dan juga kehilangan nyawa manusia. Untuk mengamankan terhadap musibah kebakaran bergantung dari empat factor, peralatan yang dipilih untuk dipasang dalam instalasi listrik harus memenuhi standar yang berlaku dan harus sesuai dengan lingkungannya, pemasangan peralatan harus menaati ketentuan dalam PUIL, dan bila cocok sesuai instruksi pabrik peralatan. Instalasi listrik harus diadakan pemeriksaan dan pengujian secara teratur terhadap penyalahgunaan, kerusakan atau pelaksanaan pemasangan yang jelek, termasuk sambungan-sambungan yang lepas.

Penyebab kebakaran

Kita akan membahas mengenai penyebab kebakaran karena listrik. Misalnya akibat kualitas produk rendah, atau hubung singkat (kontsleting), kotak kontak yang tidak disambung dengan sempurna, faktor "human error", beban lebih pada kotak kontak (stop kontak) dsb.nya.

Risiko akibat pemakaian listrik diperkenalkan dalam IEC30364; Electrical Installations in Buildings atau SLI 173-1-2-3-4 dan 7; Instalasi Listrik untuk Bangunan. Kebakaran menyebabkan kehilangan nyawa dan tak hanya meliputi seseorang saja, tetapi dapat terjadi di tempat-tempat di mana banyak manusia berkumpul, seperti pabrik, pusat perbelanjaan dsb.nya. Selain kehilangan nyawa manusia juga mengakibatkan kerugian besar dalam hal materi.

Angka-angka yang didapatkan dari dinas kebakaran DKI, bahwa kerugian kebakaran selama periode 1993 s/d September 1998 adalah kira-kira 487 milyar Rupiah. Sebetulnya untuk mendapat kepastian apa penyebab utama dari kebakaran sering kali sangat sulit. Biasanya bukti yang nyata telah dimusnahkan oleh api, dan tambahan pula kerusakan yang disebabkan pada instalasi listrik karena api sering ditujukan ke busur api (arcing) antara konduktor, karena kerusakan isolasi, dengan demikian diambil kesimpulan yang tentunya salah besar, bahwa terjadinya kebakaran asal mulanya dari listrik.

Menurut Mr. David Latimer; Chairman IEC-TC 64 dalam ceramahnya di BSN tahun yang lalu, Beliu menerangkan bahwa di negaranya U. K. dan pasti juga di negara-negara yang lain, pada umumnya dinas kebakaran tidak mempunyai pengalaman dalam bidang kelistrikan, dan meskipun tidak ada tanda bekas sisa-sisa aktivitas listrik dalam rongsokan (wreckage), bila tidak ada bukti yang nyata dan cepat, terjadinya kebakaran dianggap karena akibat listrik.

Dari statistik DKI (Lihat Gambar1 dan 2) penyebab utama kebakaran selama periode Januari - September 1998 adalah listrik (48%) dan obyek yang banyak terbakar adalah perumahan (di Perancis gedung-gedung perkantoran). Kejadian-kejadian dari kebakaran tersebut di atas ini dapat dikurangi hanya dengan mendidik pemakai dan tak dapat dihalangi dengan persediaan peraturan untuk instalasi listrik dan persediaan peralatan canggih. Tetapi kerusakan dalam instalasi dapat dan mengakibatkan kebakaran dan dalam tulisan ini ditinjau apa penyebab kebakaran dan bagaimana dapat dicegah dengan perencanaan dan seleksi pemasangan peralatan untuk instalasi listrik.

Seperti juga disebut dalam tulisan ELEKTRO No. 23, kebakaran dapat terjadi karena adanya tiga unsur :

1. bahan-bahan yang mudah menyala serta harus adanya suhu cetusan api (biasanya 200º - 500º),
2. energi menyala menghasilkan suatu sumber panas dengan daya yang cukup dan lama pengaruhnya,
3. adanya gas oksigen dalam jumlah yang cukup.

Bila tiga unsur di atas tidak lengkap, maka persyaratan bahwa dapat terjadinya kebakaran tidak dapat dipenuhinya. Jadi hubung singkat dan gangguan listrik ke bumi adalah kemungkinan sebab terjadinya kebakaran, tetapi belum tentu sumber kebakaran.

Bersamaan dengan koneksi atau sambungan kabel yang tak sempurna, suatu fenomena yang disebut bersamaan dengan "tracking" (jejakan) adalah sumber utama dari kebakaran yang akan dibahas di bawah ini.

Tracking adalah suatu gejala atau kejadian alam, di mana suatu lapisan konduktif didirikan (established) di atas permukaan bahan isolasi. Bila terdapat kerusakan pada isolasi kabel, maka pada mulanya arus yang sangat kecil (miliamps atau microamps) secara sebentar-bentar (intermittant) mengalir di atas permukaan bahan isolasi.

Percikan api yang terjadi karena kesalahan isolasi ini sangat minimal dan gejala tersebut dapat berjalan sangat lama, berbulan-bulan kadang-kadang bertahun-tahun. Jadi tiap-tiap waktu arus mengalir di atas permukaan bahan isolasi, bila sifatnya organik, akan terjadi karbonasi, tetapi sangat sedikit.

Bila lembab bertemu dengan kotoran (debu yang kotor di atas permukaan isolasi), maka akan menghasilkan hubungan konduktif jembatan. Dalam keadaan tersebut, arus rambat (creepage current) yang juga disebut arus tracking akan mengalir dalam tiap-tiap peristiwa tersebut dan kerusakan yang terjadi karenanya akan menambah sampai arus tracking dipertahankan (Gambar 3).

Semula arus kecil sekali (kurang dari 1 mA) dan tak menimbulkan banyak panas, yang pada mulanya cukup untuk mengeringkan lembab, sehingga arus rambat tersebut berhenti mengalir dan baru muncul lagi bila adanya pengaruh lembab yang baru, di mana terdapat percikan api pada celah-celah yang tadinya dalam keadaan kering. Karena proses tersebut berlangsung cukup lama terhadap permukaan isolasi, dan dengan demikian dapat merusak isolasi, sehingga terbentuknya jembatan-jembatan arang (coal bridges). Titik-titik gangguan ini perlahan-lahan pasti akan memperbesar, begitu pula arus gangguan dan bila terdapat lembab berikutnya, akan menghasilkan arus yang lebih besar, kira-kira 5-50 mA dan mengalir pada kerusakan permukaan di mana adanya jembatan-jembatan arang (Gambar 4).

Untuk arus yang lebih besar lagi melebihi 150 mA dan kemungkinan di sekitarnya adanya bahan yang mudah terbakar, karena pengembangan panas pada titik-titik gangguan (P=UxI) = 230 x 150 mA = 33 Watt, jumlah percikan api bertambah pula.

Karena jembatan ini yang juga disebut "tahanan konduktif panas", yang dalam keadaan panas lebih banyak mengalirkan arus dari pada dalam keadaan dingin, maka proses tersebut akan dipercepat. Dengan menambah jumlah percikan api, permukaan arang akan melebar, dan arus rambat akan terus berkembang dan akan mencapai nilai 300 - 500 mA. Antara jembatan-jembatan arang akan timbul jembatan cetusan api yang panas, dan arus gangguan tiba-tiba akan berobah menjadi busur api. Bila busur api menyala, maka terbentuk kelompok-kelompok arang dan setelah setengah gelombang, arang atau karbon tersebut akan menyala dan memancarkan juga elektron-elektron, sehingga busur api tepat menyala dan material akan membakar.

Busur api menyala, sampai arus sisa (leakage current) dapat dieliminir atau diputuskan hanya oleh SPAS (Sakelar Pemutus Arus Sisa) atau elcb (earth leakage circuit breaker) 500 mA atau padam sendiri. Jadi pengamanan pertama untuk menghindari tracking dalam instalasi listrik adalah memilih dengan tepat instalasi dan peralatan supaya cocok dalam lingkungannya di mana peralatan tersebut dipasang.

Pengamanan yang kedua adalah dengan dipasangnya SPAS, karena pengamanan dengan dipasangnya SPAS adalah sangat efektif bila adanya gangguan isolasi ke bumi. Seperti telah dikatakan di atas bahwa gangguan tracking adalah gangguan antara penghantar dan netral atau bumi, maka akan menyebkan elcb atau SPAS bekerja.
SPAS (elcb)
Sesuai PUIL 1987 - Pasal 910, bahwa untuk mencegah bahaya kebakaran harus dipasang SPAS dalam instalasi listrik. Dalam banyak hal suatu pengaman lebur (sekering) atau APP hanya mengamankan arus lebih atau arus hubung singkat dan memutus seketika dalam 3 detik bagian sirkuit listrik yang berbaha. Sedangkan dalam hal kerusakan isolasi (penuaan, retak dsb.nya) di mana periode arus rambat beroperasi sangat lama dan karena arus bocor selalu mengalir ke bumi, maka gejala ini hanya dapat dideteksi oleh SPAS atau elcb, red 300 mA dengan waktu tunda (time delay) dari 50 mdet. Di beberapa negara Eropa seperti Jerman dan Perancis, dalam instalasi listrik diharuskan untuk dipasang elcb dari 500mA maupun dalam gedung-gedung perkantoran, sedangkan di U.K. dan Malaysia dengan rating 100mA.

Penyalahgunaan dan Keburukan Instalasi

Keterangan di atas adalah analisa klinis dari asal mula kebakaran dan berdasarkan pada kerja instalasi yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku (PUIL 1987). Tetapi instalasi yang baik dapat dihalangi oleh penyalahgunaan instalatir atau pemakai yang menyebabkan kesulitan yang disebut di atas dan juga dalam tulisan Ir. Deni Almanda (ELEKTRO No. 23).

Salah satu penyalahgunaan dalam instalasi listrik yang khas adalah penggunaan yang tidak tepat dari kotak kontak, yang menurut Mr. Latimer merupakan masalah yang umum di seluruh dunia. Sebagai pencegahan diusulkan untuk diadakan pengecekan secara teratur oleh instansi yang berwenang terhadap instalasi listrik dan disediakan kotak kontak yang cukup dalam tempat sesuai kebutuhan pemakai.
Kesimpulan
Kebakaran adalah bahaya yang nyata yang timbul karena pemakaian listrik. Ini mengakibatkan kerusakan material yang cukup besar dan juga kehilangan nyawa manusia. Untuk mengamankan terhadap musibah kebakaran tergantung dari 4 faktor :

1. Peralatan yang dipilih untuk dipasang dalam instalasi listrik harus memenuhi standar yang berlaku dan harus sesuai dengan lingkungannya.
2. Pemasangan peralatan harus mentaati ketentuan dalam PUIL, dan bila cocok sesuai instruksi pabrik peralatan.
3. Instalasi listrik harus diadakan pemeriksaan dan pengujian secara teratur terhadap penyalahgunaan, kerusakan atau pelaksanaan pemasangan yang jelek, termasuk sambungan-sambungan yang lepas.
4. Dipasangnya pengamanan yang cocok terhadap arus bocor, seperti SPAS.

Seputar Instalasi Listrik untuk Rumah Baru

Bagi yang tengah membangun rumah kadang kebingungan menentukan kapan waktu yang tepat untuk memasang listrik. Kalau saatnya kurang tepat, bisa jadi beberapa bagian bangunan yang hampir jadi, terpaksa harus dibongkar kembali. Mari kita pastikan bersama hal tersebut tidak terjadi, dengan memasang instalasi pada saat yang tepat. Agar tidak salah langkah bacalah kiat-kiat berikut ini.

1. Pasang sebelum dinding diplester. Instalasi listrik sebaiknya dipasang sebelum dinding diplester. Jadi begitu dinding bata terbentuk, instalasi listrik bisa langsung dipasang.
2. Gunakan pipa paralon. Tujuannya sehingga bila diperlukan pengantian kabel, maka mudah melakukannya. Serta hindari sambungan kabel di dalam pipa. Bila ada sambungan usahakan di atas plafon. Gunakan konektor berkualitas dan bungkus dengan solatip listrik sehingga sambungan aman dari air dan serangga.
3. Buat titik ground. Minta kepada Biro Teknik Listrik (BTL) yang memasang instalasi untuk menyediakan titik ground. Sehingga bila terjadi korsleting atau spanning, kelebihan arus bisa disalurkan ke bumi. Ground biasanya berupa batang besi (ferit) yang ditanam sedalam 3 meter kedalam tanah, kemudian disambung kabel tembaga.
4. Tentukan titik lampu. Sangat baik jika titik lampu telah ditentukan jauh-jauh hari. Sehingga pada saat pemasangan instalasi sudah ditentukan banyaknya kabel yang dibutuhkan serta proses penarikkan kabel juga sudah terpola dengan baik. Mengenai lampunya sendiri tentu tak harus dipasang saat itu juga. Bisa dilakukan nanti setelah pengecatan selesai agar lampu tak kotor.
5. Tentukan titik stop kontak. Tentukan pula titik stop kontak. Bila daerah tersebut kawasan banjir, hindari memasang stop kontak di dinding bagian bawah. Sebaiknya stop kontak ditaruh di bagian atas. Ini juga untuk menghindari tersengatnya putra-putri kita saat bermain.
6. Pasang stabilizer. Bila dirasa perlu, sediakan sambungan dekat meter untuk dipasang stabilizer atau automated voltage regulator (AVR). Agar bila tegangan tak stabil, tidak terjadi hal-hal yang tidak anda inginkan. Karena seluruh arus yang masuk kedalam rumah sudah melalui AVR terlebih dulu.
7. Pilih kabel solid. Untuk pemilihan kabel dalam rumah sebaiknya kabel solid, bukan serabut. Kabel jenis ini mengalirkan listrik dengan baik dan meminimalisir kehilangan daya (losses). Ciri kabel ini agak kaku dan bila dibuka tembaganya berupa batang tembaga, bukan serabut tembaga yang dipilin menjadi satu.
8. Sesuaikan kabel. penggunaan kabel juga patut mempertimbangkan besaran kabel yang sesuai dengan daya yang diinginkan. Untuk hal ini, baiknya anda konsultasikan dengan pihak kontraktor listrik.
9. Pilih pipa paralon tebal. Sebetulnya semua pipa memiliki kwalitas yang cukup baik. Tapi lebih baik pilih yang agak tebal biar tak mudah rusak.
10. Pakai LHE (Lampu Hemat Energi). Meski harga belinya sedikit lebih mahal, tapi LHE jauh lebih lebih ekonomis secara jangka panjang. Karena cahanya lebih terang dan usianya pun lebih lama dibanding dengan lampu pijar dan neon.

Merancang instalasi listrik yang nyaman

Sebelum listrik disalurkan, ada satu hal yang mesti dilakukan calon pelanggan. Yakni memasang intalasi listrik di rumah atau bangunan yang akan ditempati. Setelah instalasi listrik terpasang, baru PLN dapat mengalirkan listrik.

Merencanakan pemasangan instalasi rumah harus dilakukan secara matang agar instalasi yang terpasang dapat berfungsi baik dan memberi kenyamanan dan keamanan dalam pengoperasiannya. Saat melakukan pemasangan instalasi listrik kita mesti mengikuti Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) yang berlaku agar instalasi kita aman. Selain itu, peralatan atau komponen listrik yang dipakai juga harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).

Ingat, instalasi listrik yang tidak terpasang dengan baik bisa menjadi ancaman untuk keselamatan keluarga Andda. Agar terhindar dari bahaya, selalu ikuti petunjuk pemasangan instalasi listrik. Tak kalah penting, selalu berkoordinasi dengan Biro Teknik Listrik (BTL) sebelum melakukan pemasangan instalasi. BTL akan melakukan pendampingan untuk memastikan instalasi lisstrik rumah Anda aman.

Rencanakan instalasi listrik dengan sebaik mungkin. Seperti bila dalam membangun rumah baru, pemasangan instalasi listrik sebaiknya dilakukan sebelum dinding diplester. Selain akan rapi, instalasi yang terpasang juga akan lebih aman dan nyaman. Juga, gunakan pipa pralon untuk menanam kabel di dalam tembok. Selain lebih aman, ini dilakukan agar kita mudah mengganti kabel bila sewaktu-waktu diperlukan.

Selain itu, masih ada beberapa hal yang mesti menjadi perhatian saat merencanakan instalasi, di antaranya:

1. Menentukan jumlah dan letak beban listrik yang akan dibutuhkan. Misalkan, berapa titik lampu yang dibutuhkan, penempatannya dimana saja.
2. Setelah tahu rencana daya yang akan dikonsumsi dari peralatan yang akan dipakai, tentukan besarnya daya dari PLN yang akan digunakan. Untuk memudahkan penghitungan, besaran daya yang dipakai sekitar 60 persen dari total beban peralatan listrik yang ada.
3. Mengelompokkan beban listrik guna memperhitung besar ukuran kabel dan peralatan pengamanan arus lebih atau hubungan singkat (MCB).
4. Gunakan kabel sesuai daya yang digunakan, jangan menggunakan kabel yang terlalu kecil untuk menghantarkan daya yang besar sebab dapat memicu kebakaran. Khusus kabel yang di tanam dalam tembok, disarankan menggunakan kabel solid (bukan serabut) agar besaran listrik yang dialirkan tidak mengalami kehilangan daya (loss) yang berarti.
5. Jangan terkecoh membeli peralatan yang berharga murah, pilih produk yang berlogo SNI (Standar Nasional Indonesia).
6. Pemasangan stop kontak sebaiknya disesuaikan dengan penempatan peralatan elektronik. Akan lebih baik kalau satu stop kontak digunakan untuk satu peralatan. Hindari penggunaan steker (cabang ”T”). Bila terpaksa menggunakan jangan memasang steker secara bertumpuk pada satu stop kontak. Sebab hal ini dapat menyebabkan kebakaran akibat terjadinya panas pada penghubung-penghubungnya.
7. Untuk pencegahan terhadap sentuhan langsung (tegangan sentuhan), lengkapilah instalasi listrik di rumah Anda dengan sistem pembumian (grounding).

Bila instalasi listrik kita sudah aman, dipastikan akan berpengaruh pada kenyamanan hidup kita. Hati dan pikiran tak lagi terganggu kekhawatiran terjadi masalah-masalah yang berkait dengan kecelakaan instalasi listrik. Semua itu hanya bermodal perhatian dari kita.